Halaman

Entri Populer

Jumat, 31 Desember 2010

Tuhan Maha Pengasih.

Tuhan mengasihi semua jiwa ciptaan-Nya, dan dari semua jiwa yang dikasihi Tuhan, Anda adalah jiwa yang khusus.
Jika tidak, mengapakah Anda merasa bahwa yang kita bicarakan ini hanya untuk Anda?
Tersenyumlah penuh kasih kepada Tuhanmu.
Kapankah engkau terakhir kali tersenyum dan menyapa Tuhanmu dengan penuh kasih?
Kapankah engkau terakhir menyapa Tuhan dengan suaramu yang lembut dan penuh kemanjaan?
Jika engkau merindukan kehidupan yang damai dan indah, ketahuilah bahwa Tuhanmu merindukan sapa dan senyum damai dan indah dari mu, jiwa kesayangan-Nya.
Mario Teguh Super Note - Anda Hanya Menjadi Siap Untuk Hal-Hal Yang Anda Siapkan.

Anda tidak akan mencapai kebesaran yang Anda idamkan
dengan mengkhawatirkan hal-hal kecil, memikirkan yang kecil-kecil,
dan melakukan yang kecil-kecil.
Ukuran Anda ditentukan oleh ukuran dan kualitas dari fokus Anda.
Mario Teguh Golden Ways - Mengkhawatirkcan Hal-Hal Kecil.

KETULUSAN HATI

Jika wajahmu menyiratkan ketulusan hatimu, maka kehidupan akan memilihkan kualitas dari isi hatimu.
Dengannya, kehidupan menganugerahkan hati yang bening kepadamu.
Dan ketahuilah ini, bahwa kebeningan hatimu menentukan kemampuanmu untuk melihat yang tidak bisa dilihat oleh mereka yang hatinya suram.
Karenanya,
Jagalah hatimu dari prasangka yang mengkejikan perkiraan-perkiraanmu.
Peliharalah pikiranmu dari perhitungan yang memburukkan pekertimu.
Dan hindarkanlah dirimu dari anggapan yang melebihkanmu sebagai pembenci daripada pengasih.
Maka,
Serahkanlah hatimu kepada kebaikan, karena hanya dengannya hatimu menjadi bening.
Sejajarkanlah keramahan wajahmu dengan kebeningan hatimu, lalu perhatikan bagaimana kehidupan memilihkan kualitas dari isi hatimu.
Semakin bening hatimu, semakin besar dan luas pandanganmu terhadap kehidupan.
Sehingga sebetulnya, indahnya kehidupan hanya sebening hatimu.
Mario Teguh Golden Ways - Pribadi Rumah Kaca.

MANAJEMEN QALBU

Saat kerja kt G' dihargai, mk saat itu kt sdg bljar ttg KETULUSAN, saat usaha kt dinilai G' penting, mk saat itu kt sdg beljar KEIKHLASAN, saat hati kita terluka sangat dalam, mk saat itu kt sdg beljar ttg MEMAAFKAN, ketika kt hrs lelah dan kecewa, mk saat itu kt sdg belajar ttgKESUNGGUHAN, saat kt merasa sepi dan sendiri, mk saat itu kt sdng belajar ttg KETANGGUHAN,ketika kt hrs membyar biaya yg sebenarnya G' perlu kt tanggung, mk saat itu kt sdg beljar ttg KEMURAHAN HATI, SETAP SEMANGAT, TETAP SABAR, TETAP TERSENYUM DAN TERUS BELAJAR... KRN KT SEDANG MENIMBA ILMU DI UNIVERSITAS KEHIDUPAN.

PENCURI DALAM SHOLAT

Pencuri dalam Shalat
cut and fill oleh : Dimhad
salah satu dari "Dosa-dosa yang dianggap biasa"

Di antara kejahatan pencurian terbesar adalah pencurian dalam shalat, Rasulullah SAW bersabda :

“Sejahat-jahat pencuri adalah orang yang mencuri dari shalatnya. ” Mereka bertanya : “Bagaimana ia mencuri dari shalatnya?” Beliau menjawab : “(Ia) tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.”

Meninggalkan thuma’ninah, tidak meluruskan dan mendiamkan punggung sesaat ketika ruku’ dan sujud, tidak tegak ketika bangkit dari ruku’ serta ketika duduk antara dua sujud, semuanya merupakan kebiasaan yang sering dilakukan oleh sebagian besar kaum muslimin. Bahkan hampir bisa dikatakan, tak ada satu masjid pun kecuali di dalamnya terdapat orang-orang yang tidak thuma'ninah dalam shalatnya.

Thuma’ninah adalah rukun shalat, tanpa melakukannya, shalat menjadi tidak sah. Ini sungguh persoalan yagn sangat serius. Rasulullah SAW bersabda :

“Tidak sah shalat seseorang, sehingga ia menegakkan (meluruskan) punggungnya ketika ruku’ dan sujud.”

Tak diragukan lagi, ini suatu kemungkaran. Pelakunya harus dicegah dan diperingatkan akan ancamannya.

Abu Abdillah Al Asy’ari berkata : “(Suatu ketika) Rasulullah SAW shlat bersama para sahabatnya, kemudian beliau duduk bersama sekelompok dari mereka. Tiba-tiba seorang laki-laki masuk dan berdiri menunaikan shalat. Orang itu ruku’ lalu sujud dengan cara mematuk, maka Rasulullah SAW bersabda :

“Apakah kalian menyaksikan orang ini? Barangsiapa meninggal dengan keadaan seperti ini (shalatnya) maka dia meninggal dalam keadaan di luar agama Muhammad. Ia mematuk dalam shalatnya sebagaimana burung gagak mematuk darah. Sesungguhnya perumpamaan orang lapar yang tidak makan kecuali sebutir atau dua butir kurma, bagaimana ia bisa merasa cukup (kenyang) dengannya?.” Zaid bin Wahb berkata. Huzaifah pernah melihat seorang laki-laki tidak menyempurnakan ruku’ dan sujudnya. Ia lalu berkata : “Kamu belum shalat, seandainya engkau mati (dengan membawa shalat seperti ini) niscaya engkau mati di luar fithrah (islam), yang sesuai fithrah tersebut Allah menciptakan Muhammad SAW.

Orang yang meninggalkan thuma’ninah dalam shalat, sedang ia mengetahui hukumnya, maka wajib baginya mengulangi shalatnya seketika dan bertaubat atas shalat-shalat yang dia lakukan tanpa thuma’ninah pada masa-masa lalu. Ia tidak wajib mengulangi shalat-shalatnya di masa lalu, berdasarkan hadits :

“Kembalilah, dan shalatlah, sesungguhnya engkau belum shalat.”
Banyak Melakukan Gerakan Sia-sia dalam Shalat
Sebagian umat Islam hampir tak terelakkan dari bencana ini. Yakni melakukan gerakan yang tidak ada gunanya dalam shalat. Mereka tidak mematuhi perintah Allah dalam firmanNya :
"Berdirilah karena Allah (dalam shalatmu) dengan khusyu'." (al Baqarah 238)
Juga tidak memahami firman Allah :
"Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam shalatnya." (al Mukminun 1-2)
Suatu saat, Rasulullah SAW ditanya tentang hukum meratakan tanah ketika sujud. Beliau menjawab :
"Jangan engkau mengusap sedang engkau dalam keadaan shalat. Jika (terpaksa) harus melakukannya maka (cukup) sekali meratakan kerikil."
Para ulama menyebutkan, banyak gerakan secara berturut-turut tanpa dibutuhkan dapat membatalkan shalat. Apalagi orang yang melakukan pekerjaan yang tak ada gunanya dalam shalat. Berdiri di hadapan Allah sambil melihat jam tangan, membetulkan pakaian, memasukkan jari ke hidung, melempar pandangan ke kiri ke kanan atau keatas langit. Ia tidak takut kalau Allah mencabut penglihatannya atau setan melalaikannya dari ibadah shalat.

TIGA KYAI PELACUR

Kyai Kota Surabaya
Kyai Khoiron, sudah populer sebagai kiainya para pelacur di Surabaya. Sehari-hari ia menjadi guru ngaji, konsultasn psikhologi dan bapak, kakak, sahabat yang sangat akrab dengan gemuruh jiwa para pelacur yang bergolak. Dua puluh tahun silam, diam-diam ia dirikan sebuah pesantren di komplek pelacuran terbesar di Surabaya. Dan saat ini ada tujuh ratus anak-anak pelacur itu nyantri di pesantrennya.
Jika senja mulai tiba, gincu-gincu mengoles bibir para pelacur itu, dengan segala sapaan manja pada hidung belang, sementara suara musik keras mendentang memenuhi komplek pelacuran itu, di sudut komplek pelacuran itu terdengar suara bocah-bocah mengaji, meneriakkan halawat Nabi dan berzanji. Keduanya berjalan damai.
“Saya tidak pernah melarang mereka melacur. Saya juga tidak memarahi mereka. Saya hanya menyiapkan ruang jiwa mereka. Sebab mereka melacur paling lama sepuluh tahun. Setelah? Mereka pasti berhenti. Mereka perlu kesiapan mental, keimanan dan sikap optimis kepada Tuhan,” katanya.
“Pesantren anda ini?”
“Memang, pesantren ini saya konsentrasikan untuk membina anak-anak mereka yang tak berdosa. Mereka harus tumbuh dengan jiwa yang merdeka, tanpa konflik, tanpa masa lalu dan trauma-trauma.”
Kyai Kota Malang
Lain lagi dengan seorang Kiai di dekat kota Malang. Kiai Mulana, sudah dikenal sebagai seorang kiai Thariqat dengan jama’ah ribuan. Suatu hari ia tertimpa gejala psikhologi yang begitu aneh: Rasa takut mati yang berlebihan. Selama enam bulan ia terus menerus menangis, seakan-akan Malaikat Maut membuntutinya. Ia juga heran kenapa harus takut mati?
Saking takutnya, Kiai Mulana mendatangi guru Mursyidnya. Dengan serta merta gurunya menyambut dengan sambutan yang cukup kontroversial. “Soal penyakitmu itu gampang obatnya. Mulai besok kamu pergi saja setiap hari ke komplek pelacuran!”
“Bagaimana pak Kiai ini, kok saya malah harus main-main dengan pelacur. Apakah ini tidak bertentangan dengan syari’at?” kata Kiai Mulana dalam hatinya. Belum sempat ia meneruskan fantasinya, gurunya sudah memotong:
“Dun!, Lihatlah mulutku ini!”
Begitu melihat mulut gurunya, yang tampak adalah lautan luas tak bertepi. Kyai Mulana hanya terperangah. Diam-diam ia menyesal. Kenapa soal-soal hakikat kehidupan harus ia pertanyakan lewat syariat kepada gurunya? Diam-diam pula hatinya menangis. Tapi juga muncul rasa ngeri, kenapa harus main-main dengan pelacur?
Tapi Kyai Mulana tidak mau membantah perintah gurunya. Pagi-pagi Kiai ini sudah menghilang dari rumahnya. Ia cari komplek pelacuran yang jauh dari daerahnya. “Jalan penyembuhan” ini ia lakukan hampir setiap hari, sampai pelacur seluruh komplek itu kenal benar dengan Kyai Mulana. Bahkan kadang, seharian penuh ia berada di tengah para perempuan penghibur itu, sambil mengingat-ingat, apakah rahasia dibalik perintah gurunya itu.
Suatu pagi, ketika ia datang ke komplek langganannya, tiba-tiba ada kakek-kakek tua, baru saja keluar dari sebuah kamar pelacur. Ia sangat kaget, melihat kakek yang sudah uzur, dan mendekati ajal itu, masih sempat ke komplek pelacuran. Bahkan dengan wajah berseri, riang gembira, layaknya anak muda, sang kakek penuh percaya diri layaknya anak muda.
“Iya, ya. Kakek ini sudah tua renta, kok tidak takut mati. Bahkan ia jalani kehidupan tanpa beban. Saya yang masih muda kok takut mati. Kualitas iman macam apa yang saya miliki ini?” katanya Kiai Mulana dalalam hati.
Dengan wajah terangguk-angguk, Kiai Mulana merasa mendapat pelajaran dari Kakek tua renta itu. Dan seketika pula rasa takut matinya hilang begitu saja. Sembuh!
Kyai Kota Nganjuk
Lain lagi dengan Kyai Marwan, dari Nganjuk. Kiai ini sudah hampir mendekati lima puluh tahun usianya, tetapi masih membujang. Keinginan untuk konsentrasi sebagai Kyai tanpa menghiraukan urusan dunia termasuk wanita, membuatnya menjadi bujang lapuk. Tapi soal kebutuhan penyaluran syahwat, tetap saja mengusik setiap hari. Apalagi kalau ia berfikir, siapa nanti yang mneneruskan pesantrennya kalau ia tidak punya putra?
Dengan segala kejengkelan pada diri sendiri dan gemuruh jiwanya, akhirnya Kiai Marwan istikhoroh, mohon petunjuk kepada Allah, siapa sesungguhnya wanita yang menjadi jodohnya?
Petunjuk yang muncul dalam istikhoroh, adalah agar Kyai Marwan mendatangi sebuah komplek pelacuran terkenal di daerahnya. “Disanalah jodoh anda nanti…” kata suara dalam istikhoroh itu.
Tentu saja Kyai Marwan menangis tak habis-habisnya, setengah memprotes Tuhannya. Kenapa ia harus berjodoh dengan seorang pelacur? Bagaimana kata para santri dan masyarakat sekitar nanti, kalau Ibu Nyainya justru seorang pelacur? “Ya Allah…! Apakah tidak ada perempuan lain di dunia ini?”
Dengan tubuh yang gontai, layaknya seorang yang sedang mambuk, Kyai Marwan nekad pergi ke komplek pelacuran itu. Peluhnya membasahi eluruh tubuhnya, dan jantungnya berdetak keras, ketika memasuki sebuah warung dari salah satu komplek itu. Dengan kecemasan luar biasa, ia memandang seluruh wajah pelacur di sana, sembari menduga-duga, siapa diantara mereka yang menjadi jodohnya.
Dalam keadaan tak menentu, tiba-tiba muncul seorang perempuan muda yang cantik, berjilbab, menenteng kopor besar, memasuki warung yang sama, dan duduk di dekat Kyai Marwan. “Masya Allah, apa tidak salah perempuan cantik ini masuk ke warung ini?” kata benaknya.
“Mbak, maaf, Mbak. Mbak dari mana, kok datang kemari? Apa Mbak tidak salah alamat?” tanya Kyai Marwan pada perempuan itu.
Perempuan itu hanya menundukkan mudanya. Lama-lama butiran airmatanya mulai mengembang dan menggores pipinya. Sambil menatap dengan mata kosong, perempuan itu mulai mengisahkan perjalanannya, hingga ke tempat pelacuran ini. Singkat cerita, perempuan itu minggat dari rumah orang tuanya, memang sengaja ingin menjadi pelacur, gara-gara ia dijodohkan paksa dengan pria yang tidak dicintainya.
“Masya Allah….Masya Allah…Mbak.. Begini saja Mbak, Mbak ikut saya saja. …” kata Kiai Marwan, sambil mengisahkan dirinya sendiri, kenapa ia pun juga sampai ke tempat pelacuran itu. Dan tanpa mereka sadari, kedua makhluk itu sepakat untuk berjodoh.
Tiga Kiai tersebut, sesungguhnya merupakan refleksi dari rahasia Allah yang hanya bisa difahami lebih terbuka dari dunia Sufi. Kiai Khoiron yang menjadi kiai para pelacur, sesungguhnya wujud dari kemerdekaan Sufistik pada kepribadian seseorang yang berani menerobos dinding-dinding verbalisme kultur agama, sebagaimana misteri Kyai Mulana, yang harus sembuh di komplek pelacuran. Juga nasib bidadari yang ditemukan Kiai Marwan di komplek pelacuran itu. Semuanya menggambarkan bagaimana dunia jiwa, dunia moral, dunia keindahan dan kebesaran Ilahi, harus direspon tanpa harus ditimbang oleh fakta-fakta normatif sosial yang terkadang malah menjebak moral seorang hamba Allah.
Sebab tidak jarang, seorang Kiai, sering mempertaruhkan harga dirinya di depan pendukungnya, ketimbang mempertaruhkan harga dirinya di depan Allah. Dan begitulah cara Allah menyindir para Kiai, dengan menampilkan tiga Kiai Pelacur itu

Kamis, 30 Desember 2010

KETIKA IBLIS MEMBENTANGKAN SAJADAH

Siang menjelang dzuhur.
Salah satu Iblis ada di Masjid.
Kebetulan hari itu hari Jum'at, saat berkumpulnya orang.
Iblis sudah ada dalam Masjid.
Ia tampak begitu khusyuk.
Orang mulai berdatangan.
Iblis menjelma menjadi ratusan bentuk & masuk dari segala penjuru, lewat jendela, pintu, ventilasi, atau masuk lewat lubang pembuangan air. Pada setiap orang, Iblis juga masuk lewat telinga, ke dalam syaraf mata, ke dalam urat nadi, lalu menggerakkan denyut jantung setiap para jamaah yang hadir.
Iblis juga menempel di setiap sajadah.
Terjadilah dialog antara Kiai dan Iblis.
"Hai, Iblis!", panggil Kiai, ketika baru masuk ke Masjid itu.
Iblis merasa terusik : "Kau kerjakan saja tugasmu, Kiai. Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk mengganggu setiap orang dalam Masjid ini!", jawab Iblis ketus.
"Ini rumah Tuhan, Blis! Tempat yang suci, Kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!", Kiai mencoba mengusir.
"Kiai, hari ini, adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenung.
"Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat kaummu"
"Dengan apa?"
"Dengan sajadah!"
"Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, Wahai laknatullah?”
"Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah di bawah UMR, demi keuntungan besar!"
"Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru,Blis?"
"Bukan itu saja Kiai..."
"Lalu?"